#Hari - 2 : Berubah dengan Kesabaran


Hari 2: Berubah dengan Kesabaran.
Biarlah hal itu terjadi, sebab demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah (Mat 3:15).

Hari ini kita berkonsentrasi pada kesabaran. Untuk mencapai perubahan diperlukan ketekunan dan kesabaran. Semua kegiatan ekumenis memerlukan waktu, perhatian dan aksi bersama. Sudahkan aku menjawab panggilan untuk bekerjasama dengan karya Roh dalam menyatukan umat Kristiani?

Ketika apa yang kita impikan tak sesuai dengan kenyataan ... SABAR. Ketika hati kita merasa jengkel … SABAR. Ketika seseorang yang kita cintai tak mengerti perasaan kita … SABAR.  Mau sampai kapan kita harus bersabar? Sabar itu juga ada batasnya. 

Sabar merupakan proses pendewasaan sebuah pribadi menuju pada perubahan kearah yang lebih baik.  Sabar itu proses, namun bukan proses instan. Suatu proses berarti pengolahan sesuatu yang kurang bernilai menjadi sesuatu yang lebih bernilai dalam jangka waktu tertentu. Sabar membutuhkan waktu dan waktu yang dimaksud  adalah  waktu yang tepat  menurut Tuhan.  Belajar menjadi pribadi yang sabar juga membutuhkan ketekunan. Ketekunan dapat diwujudkan dalam bentuk kesetiaan, semangat untuk tetap berusaha, dan tekun dalam doa.

Kesabaran berarti menerima sepenuhnya kehendak Tuhan dalam hidup kita. Berusaha mensyukuri setiap suka duka yang kita dapati dalam perjalanan mengarungi bahtera kehidupan. Kapal sengaja dirancang sedemikan sempurna supaya mampu mengarungi ombak dan bertahan ditengah derasnya arus hingga akhirnya tiba selamat di tempat tujuan.  Begitupula dengan diri kita yang diciptakan Tuhan serupa dengan citraNya  guna menghadapi berbagai persoalan hingga akhirnya tiba di sebuah tempat bernama kebahagiaan. Persoalan ada bukan karena Tuhan ingin kita menderita, namun karena Ia ingin mendewasakan kita dengan caraNya yang begitu misterius. Tinggal bagaimana sikap kita dalam mengelola persoalan tersebut kemudian mencari solusi atasnya. Di sinilah peran kesabaran dan ketekunan itu muncul. Kesabaran menuntun kita pada pikiran yang tenang dan jernih sehingga kita mampu berpikir logis dan rasional terhadap persoalan yang menimpa kita. Dengan bersabar, kita diubah olehNya menjadi pribadi yang lebih tangguh dan dewasa dalam iman , perasaan, serta pikiran.

Ada ayat yang mengatakan: “Kasih itu sabar”, artinya dengan bersabar kita berbuat kasih. Lalu sampai kapan kita harus bersabar? Seberapa jauh batas kesabaran manusia? Tentu saja kesabaran manusia ada batasnya karena manusia bukanlah Tuhan yang memiliki kesabaran dan kasih  tiada batas. Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Sampai kapan kita harus bersabar ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan? Aku sendiri belum mampu menjawabnya. Ada yang bisa membantu aku??? Hehe

Sekedar sharing pengalaman, siapa tahu dapat membantu menjawab pertanyaan di atas ^^
Pada waktu kelas 4 SD Kanisius Baciro, aku ingin sekali melanjutkan sekolah di SMP N 1 Yogya. Namun entah mengapa seiring berjalannya waktu keinginanku tiba-tiba berubah menjadi SMP N 5 Yogya, padahal passing grade SMP N 5 jauh lebih tinggi dari SMP N 1. Akhirnya melalui tes tertulis, akupun lolos ke SMP N 5. Mungkin ini rencana Tuhan yaitu memperkenalkan aku dengan dunia persaingan ketat yang berkualitas tinggi. Kenyataannya, ketika impian untuk melanjutkan ke SMA N 8 tidak terwujud kala itu aku merasa sangat sedih. Aku marah pada Tuhan karena aku terlempar ke SMA N 6 Yogya. Orang tuaku hanya berkata: “Sabar Nin, Tuhan punya rencana lain untuk suksesmu kelak”. Ternyata benar, di SMA N 6 Yk aku merasakan perkembangan iman yang luar biasa. Guru agama katolikku pada saat itu mengenalkan kami pada hal-hal yang bersifat praktik seperti: resting , bahasa roh, Taize, stigmata, serta penampakan-penampakan Tuhan, dan roh kudus. Pelajaran agama katolik saat itu tidak sebatas teori dari buku referensi, namun lebih ke kehidupan nyata. Oh…ini to maksudnya Tuhan menaruhku di SMA N 6 Yk. Selain itu aku juga menemukan sahabat-sahabat yang tak akan lekang oleh waktu…AMIN. Sejak di SMA inilah aku menjadi rajin mengikuti misa harian dan berdoa Angelus. Memasuki kelas 3 SMA, akupun menjadi jarang ikut misa harian karena kesibukan belajar untuk tes UM UGM. Pada saat pengumuman di Koran KR, namaku tidak tercantum alias aku tidak lolos. Akupun putus asa, menganggap Tuhan itu tak adil. Aku yang sudah berusaha keras belajar mengapa ternyata gagal?!!! Teman-teman & keluargaku berkata: “Sabar Nin, suksesmu mungkin bukan di tempat ini”. OK, kembali aku bersabar. Sebulan menjelang SNMPTN, aku mengikuti les intensif. Kali ini entah mengapa rasanya aku lebih rileks dan tidak terlalu ngoyo untuk lolos ke UGM. Aku dan temanku kini juga rajin kembali mengikuti misa harian dan tak lupa novena pada Bunda Maria. Tiba waktunya pengumuman hasil SNMPTN di Koran KR dan ada namaku di sana. Resmilah aku masuk Fakultas Geografi Jurusan Geografi Lingkungan. Ku sadari, disinilah Tuhan menempatkanku supaya aku dapat meraih impianku sejak awal yakni menjadi surveyor kependudukan. 

Janganlah berdoa memohon apa yang kita inginkan karena keinginan kita belum tentu baik bagi hidup kita. Berdoalah supaya diberikan kesabaran & kekuatan dalam apapun yang akan terjadi karena Tuhan lebih tahu apa yang terbaik bagi hidup kita. Ketika kita merasa bahwa doa kita tidak dikabulkan oleh Tuhan, bersabarlah karena Tuhan akan mengabulkannya di waktu yang tepat. Kesabaran mengubah hidupku untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan selalu bersyukur pada kehendak Tuhan. Sampai kapan kita harus bersabar? Bawalah pertanyaan ini dalam doamu. Hening – dengarkan suara hati – temukan jawabannya dalam doamu. Batas kesabaran tiap orang berbeda-beda … hanya kamu dan Tuhan yang tahu  ^^ 


           

Comments