Skripsi.
Sebuah kata penuh makna dan perjuangan untuk mampu
menyelesaikannya. Bagiku, proses skripsi dapat diibaratkan sebagai proses
memasak suatu hidangan istimewa. Skripsi adalah sebuah hasil akhir berupa
masakan. Langkah pertama, kita harus menemukan ide awal, masakan apa yang akan
kita buat. Penentuan menu masakan ini tidaklah mudah. Untuk membuat menu masakan
yang istimewa, kita harus terlebih dahulu mampu menyayangi dan mencintai
pekerjaan kita. Memasak harus dengan hati yang senang supaya hasil masakannya
pun lezat. Selain itu, memasak tidak boleh setengah hati. Kedua, kita harus mengumpulkan
bahan-bahan masakan yang berupa data. Ketiga, bahan masakan itu diracik dan
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu masakan skripsi yang isitimewa. Bumbu-bumbu
berupa spirit dari keluarga, teman-teman, dosen, sahabat tak kalah penting. Suatu
masakan yang lezat tidak boleh kurang suatu bahan ataupun berlebihan, segalanya
harus PAS tepat pada sasaran. Begitu pula skripsi, data-data utama baik
pendukung harus saling berkaitan dan tak terlepas dari tema dan tujuan. Jangan sampai
isi skripsi hanya tebal kata-kata namun tanpa makna karena cakupannya terlalu luas
dan melenceng dari topic besar permasalahan penelitian. Semua harus tepat, pas
pada porsinya.
Skripsi hanyalah sebuah karya yang mengharuskan kita
berkembang dan berproses di dalamnya. Ibaratnya, kita seperti berada dalam
galeri MasterChef (MC), sebuah program
TV tentang kompetisi memasak. Galeri merupakan tempat untuk berproses sekaligus
berkompetisi dengan peserta lainnya. Kompetisi tidak selamanya persaingan
sengit. Kadang di dalam kompetisi diperlukan teamwork atau kerjasama/diskusi untuk
bertukar pikiran dan pendapat. Bimbingan dari chefmaster, yaitu si pakar memasak juga sangat penting. Keberadaan dosen-dosen
pakar, terlebih dosen pembimbing skripsi (DPS) kita sangatlah berarti. Konsultasi
rutin yang terkadang membuat para kontestan MC justru menjadi lebih pusing dan
bingung nyatanya seiring berjalannya waktu menjadikan kontestan lebih matang
secara konsep dan skill. Para
chefmaster kerap kali mengharuskan kita melakukan invention test yang menuntut kita menjadi kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan topic penelitian. Tujuannya agar kita, sebagai mahasiswa
jangan hanya bisa mengandalkan duplication
test alias duplikasi dari topic-topik yang sudah pernah dibuat sebelumnya.
Pendadaran. Aku mengibaratkannya sebagai proses tasting atau proses mempresentasikan
hasil masakan lalu para chefmaster
mencicipinya. Kita berdiri di depan para dosen pembimbing & dosen penguji
sambil mempresentasikan masakan kita kemudian menunggu komentar, kritikan, tanggapan,
pertanyaan dari para ahli. Black team aku
ibaratkan sebagai revisi. Hmmm… apakah skripsi kita masuk ke dalam black team? lalu menjalani pressure test? Ataukah hasilnya “perfectly delicious”?
Oke… mari kita mulai mengolah bahan! Suka dan duka adalah bagian dari proses skripsi. Jalani dengan ikhlas dan berusahalah setia dan terus menyayanginya dengan suka dan sepenuh hati. FOKUS dan
andalkan Tuhan dalam tiap langkah kita!
Comments