KKN: Bukan Pondokan Biasa

24 Februari – 7 April aku menjalani masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di daerah Kulon Progo, khususnya di Dusun Secang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Pengasih. Aku dan teman-teman satu sub-unit (7 orang) bertempat tinggal di sebuah rumah yang diberi nama pondokan. Pondokan kami adalah rumah milik dukuh Secang yaitu Bapak Sumarjo.

Pondokan KKN Secang
Pondokan kami ini merupakan bangunan non-permanen yang dindingnya terbuat dari kayu dan lantainya sebagian kecil cor semen dan sebagian besar masih tanah. Daya listrik di pondokan ini sangat minim, sehingga kerap "njeglek" apabila kami hendak menge-charge laptop dan gadget lainnya. Karena daya listrik yang rendah, maka penerangan di pondokan inipun relatif seadanya. Adapun penerangan di sepanjang jalan menuju pondokan ini yang merupakan area perbukitan masih sangat jauh dari cukup. Kami menghindari sebisa mungkin untuk berada di luar rumah pada waktu petang atau malam karena kondisi jalan yang gelap gulita.


Pemandangan di depan pondokan ketika matahari terbit
Pemandangan di depan pondokan
Pondokan kami memang jauh dari segala fasilitas memadai seperti toko, warung sayuran, fotokopian, dan warnet. Perlu jarak kurang lebih 1 km turun bukit untuk mencapai segala fasilitas tersebut. Selain fasilitas yang kurang memadai, sinyalpun menjadi barang super langka di area pondokan kami. Namun demikian, kami terhibur oleh suguhan pemandangan alam yang begitu indah. Panorama perbukitan dan ladang yang terbentang luas di depan mata. Sungguh sangat memanjakan bagi siapapun yang melihatnya.


Kios bensin di depan pondokan
Di depan pondokan kami ada kios bensin eceran. Keluarga Pak Marjo memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjual bensin. Kalau bapak atau ibu sedang tidak di rumah, maka kami anak-anak KKN juga kerap kali melayani siapapun yang hendak membeli bensin.
Tanaman terong di depan pondokan

Tanaman mawar di samping pondokan
Di sekitar pondokan kami banyak tanaman sayur maupun tanaman hias. Ada tanaman daun katu, terong, cabai, singkong, pepaya, kelapa, dan pisang. Tak jarang kami memasak apa yang ada di sekitar kami dengan bahan-bahan tambahan serta cara olahan yang variatif.
Singkong yang akan diolah menjadi beberapa jenis makanan

Cemplon

Singkong rainbow ala PKK dan KKN Secang ^^

Aktivitas kami di pondokan selain aktivitas terkait program KKN adalah memasak. Bapak sering membawa ketela pohon mentah yang masih segar, kemudian kami bersama ibu mengolahnya. Cemplon, binggel, geblek, singkong rainbow, singkong goreng, dan masih banyak lagi olahan singkong yang kami buat. Dari situ, aku dan teman-temanku dapat belajar memasak hhe ^,^V


Menu sehari-hari
Menu kami sehari-hari sangat sederhana, seperti oseng buncis, oseng kacang panjang, oseng sawi, oseng daun katu, oseng pepaya muda, lodeh, daun singkong, daun pepaya, telur, tempe, tahu, dan sambal pastinya. Terkadang Bapak juga memetikkan buah kelapa muda di samping pondokan, kemudian ditambah gula jawa...hmmmm sangat lezat apalagi diminum bersama-sama keluarga :p

Dapur di pondokan yang masih memakai kayu bakar dan daun blarak

 Yuk, sekarang kita masuk ke bagian-bagian pondokan ^^ !


Kolam penampungan air untuk MCK
Kolam penampungan air ini terletak di samping pondokan. Air dari kolam ini bersumber dari mataair yang dialirkan ke tempat warga-warga menggunakan pipa/selang. Jika pipa/selang sedang tidak bisa mengalirkan air, maka kerapkali kami harus menimba alias olahraga otot lengan terlebih dulu untuk memenuhi kebutuhan air MCK. Apabila hujan, otomatis air hujan akan masuk ke kolam sehingga air yang ada tercampur dengan air hujan. Khusus untuk memasak dan minum, keluarga di pondokan memakai sumber air yang berbeda sehingga mungkin kualitas airnya lebih baik.

Jemuran pakaian di belakang pondokan
Tempat mencuci piring di belakang pondokan
Tempat cuci piring ini seringkali becek atau tanahnya ambles. Hal ini dikarenakan air yang meresap terlalu banyak sehingga tanah tidak mampu lagi menampung. Jadi, kalau melewati area ini harus berhati-hati karena tanahnya becek dan licin.

Parkiran dan kamar mandi
Tempat parkir motor kami terletak di belakang pondokan dekat dengan tempat cuci piring. Bangunan bentuk kubus yang tampak seperti bilik berselimutkan karung goni itu adalah kamar mandi.

Bagian dalam kamar mandi
Foto di atas adalah bagian dalam dari kamar mandi. Air di bak mandi bersumber dari kolam penampungan di samping pondokan yang dialirkan melalui pralon putih.

WC
WC di pondokan kami terpisah dari kamar mandi. WC-nya adalah bangunan bambu yang hampir mirip seperti kandang ayam dan berpintu karung goni warna putih. WC terletak di antara kandang ayam dan kandang sapi. Ukuran WC sangat kecil, bahkan untuk memasukinya kami harus menunduk dulu. Air yang digunakan untuk BAB harus mengangkut dulu menggunakan ember.

Begitulah kisah tentang pondokan KKN Secang yang luar biasa. Di balik segala keterbatasan dan kesederhanaan, kami anak-anak KKN belajar banyak hal dari kondisi tersebut. Awal kami berpondok, begitu terasa sulit untuk beradaptasi, adaptasi dengan lingkungan dan segala fasilitas yang ada. Sungguh, rasanya waktu terasa lambat sekali dengan kondisi seperti itu. Namun seiring tumbuhnya kebersamaan, terjalinlah rasa persaudaraan yang mampu mengalahkan segala kesulitan beradaptasi tersebut. Kami menjadi betah dan kerasan di pondokan. Dalam keterbatasan, kami semua bertumbuh menjadi keluarga yang saling belajar dan berproses menjadi pribadi yang harus selalu bersyukur, mandiri, dan siap ditempatkan di lingkungan manapun.  Jauh dari kesan kemewahan dan modern, nyatanya justru mampu memberikan pelajaran hidup yang berharga, yang takkan ditemukan di buku-buku teoritik manapun. Sungguh, pondokan Secang: bukan pondokan biasa ^^

Comments

Puput said…
kalau ini memang bener-bener KKN nin ckckckck salutt ! :D
benedicta anin said…
Hha emang kl yg g bnr2 kkn ada ya'put? -.-
Puput said…
sub unitku sama tempat wiwin tuh nin kyk pindah kos doang -_-