KKN: Keluarga Dukuh Secang

Rumah Pak Dukuh Secang merupakan tempat berpondok kelompok Unit 11 Pengasih sub unit 1 selama 6 minggu. Di rumah itu, berdiam 3 orang yaitu Pak Marjo, Bu Marjo, dan Sigit. Banyak sekali momen-momen yang tak terlupakan selama 6 minggu bersama mereka bertiga. Berikut kilasan singkatnya :



Bapak Sumarjo, lahir di Yogyakarta 6 Januari 1974, merupakan sosok Pak Dukuh yang luar biasa. Pria berpendidikan terakhir SD ini memiliki semangat dan kemauan yang keras untuk belajar lebih maju. Belum ada satu tahun beliau menjabat sebagai dukuh, namun tekadnya untuk memajukan Dusun Secang sungguh luar biasa. Hampir setiap malam, Bapak membaca-baca buku baik tentang tata cara sesorah (berpidato). Selain itu, bapak sangat rapi dalam administrasi kependudukan, terkait masalah data-data beliau sangat lengkap, cekatan, dan teliti. Pekerjaan utama bapak adalah penjual arang. Setiap pukul 05.00 WIB bapak sudah siap-siap berangkat setor arang ke daerah Godean. Bapak sering pamitan kepada kami anak-anak KKN sebelum berangkat kerja," Anak-anak, bapak shopping dulu ya!" ^^ Sepulang shopping, bapak ngarit (mencari rumput) dan terkadang piket di Balai Desa sebagai salah satu kader kesehatan. Sorenya, sekitar pukul 17.00 WIB bapak kembali shopping. Bapak tiba kembali di rumah sekitar maghrib, ketika waktunya makan malam. Kadang-kadang sepulang shopping, bapak membawakan kami krupuk yang sangat banyak untuk lauk kami makan ^^. Dua hal yang berkesan bagi saya:
  1. Bapak tidak akan mendahului makan sebelum kami (anak-anak KKN) berkumpul bersama untuk makan (kecuali ada alasan tertentu);
  2. Bapak akan menunggu kami dan tidak akan tidur duluan apabila kami keluar pada malam hari dan belum pulang.



Ibu Sri Sumarni, perempuan kelahiran Yogyakarta, 24 April 1980 ini merupakan sosok ibu rumah tangga yang multitalented. Sehari-harinya, ibu ngarit (mencari rumput) pada siang hari, memasak,mencuci, jual pupuk, dan jual bensin di rumah. Ibu selalu menyiapkan segala keperluan bapak dan Sigit tanpa terkecuali. Awalnya, ibu sedikit tertutup dan pendiam terhadap kami anak-anak KKN. Namun seiring berjalannya waktu, ibu malah sering mengajak kami curhat dan cerita sana-sini hohohoho ^^ Ibu inilah yang sering teriak-teriak, "Mbak....mandi dulu mbak...ndak selak malam!" hehehe. Dari Ibu Marjo, aku belajar begitu banyak hal antara lain: belajar masak, tidak mengeluh dengan pekerjaan-pekerjaan berat yang kita temui setiap harinya, dan komitmen sebagai istri dan ibu yang setia dan perhatian. Ibu ini tidak akan makan sebelum bapak makan, selain itu tidak akan tidur kalau bapak belum pulang hehehehe ^^




Sigit Prasetyo, anak kelahiran Yogyakarta 14 Maret 2001 ini merupakan anak satu-satunya di keluarga pondokan. Pecinta sepak bola yang sebentar lagi mengikuti UN SD ini susah sekali jika disuruh makan. Kami anak-anak KKN (khususnya yang perempuan) selalu ngomel-ngomel: "Giiiiitttt...makan dulu giiitttt!! Giiitt... mandi dulu Giiiitt! Giiiit....ayo belajar dulu!!!" Kami, anak-anak KKN cewek juga bertugas mengawasi Sigit terutama dalam kegiatannya yang suka sms-an dengan teman-temannya...hho. Sigit ini rajin mengaji dan terkadang kata-katanya bijak sekali hahahha. Sigit sudah mengendarai motor ke sekolahnya yaitu SD Kemaras yang berjarak sekitar kurang lebih 2 km dari pondokan.

Momen ultah Sigit ke-12
Pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB sebelum Sigit berangkat sekolah, kami anak-anak KKN membuat sedikit kejutan ultahnya. Setelah sarapan siap saji, kami keluar dengan membawa sebuah lilin dan kado untuk Sigit sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Kami sangat dekat dengan Sigit, bahkan kami lumayan sering meluangkan waktu jalan-jalan dengan Sigit.

Sigit dan Mas Hanafi di acara Shalawatan

Richa, Zenita, & Sigit jalan-jalan ke puncak

Aku & Sigit, habis belanja bumbu dapur lalu mampir main ke sungai


Momen kedekatan anak-anak KKN dengan keluarga pak dukuh ini paling terasa ketika waktu makan malam. Kami berkumpul lengkap di dapur lalu makan bersama sambil bercanda dan cerita-cerita. Sunggu, kebersamaan yang tiada duanya ^^. Keluarga ini benar-benar maniak pedas alias sambal. Tidak pernah suatu masakan dihidangkan begitu saja tanpa sambal atau cabai yang melimpah -____-




Sekitar dua minggu sebelum KKN berakhir, kami anak-anak KKN membelikan kompor gas, beserta gasnya untuk keluarga di pondokan. Selama ini mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak. Kami melihat betapa bahagianya bapak dan ibu ketika membuka kardus berisi kompor gas. Momen lucu adalah ketika bapak dan ibu terlihat takut-takut saat hendak menyalakan kompor gas untuk pertama kalinya ^^

Secang... I'm in Love ^^


Foto di atas diambil ketika anak-anak KKN pamitan, tanda kegiatan KKN-PPM telah usai. Isak tangis dan suasana mengharu biru mewarnai acara pamitan kami. Yangkung dan yangti (orang tua Ibu Marjo) serta mbah uwo (Bapaknya Pak Marjo) turut hadir dan menemui kami yang hendak pamitan. Sungguh, kami sangat dekat dan begitu merasa kehilangan. Namun kami tahu bahwa, perpisahan ini bukanlah akhir dari perjumpaan, melainkan awal dari terjalinnya tali persaudaraan ^^

Comments