Dua puluh
April malam, entah apa
yang membuatku kala itu tidak dapat tidur semalaman. Mata mulai mengantuk, tapi
tak mampu rasanya memejam. Suatu perasaan yang mengganjal, yang ku rasa perlu
untuk dibagikan kepada orang yang kupercaya. Tertidurlah aku beberapa menit
hingga tak terasa hari telah pagi dan saatnya untuk memulai aktivitas. Kepala berat,
mata perih, badanpun terasa pegal akibat insomnia semalam.
Senin
pagi, matahari bersinar cukup cerah, seolah mengisyaratkan bahwa
Tuhan tak kan pernah ingkar janji. Ia selalu menepati janjiNya untuk menerbitkan
sang fajar, pertanda pasti selalu ada harapan di setiap harinya. Menjelang
siang, cuaca beranjak mendung. Tak berselang lama, langit gelap dan hujanpun
tidak tertahan.
Siang itu, aku
berdua di rumah dengan ibuku. Ibu sedang tiduran di kamar dan aku menyusulnya. Kami
tiduran di sebuah tempat tidur sambil berselimut karena udara dingin. Di tengah gemericik suara derasnya hujan, aku
dan ibu melakukan “pillow talk” dari hati ke hati. Aku memulai perbincangan
dengan topik penyebab insomniaku semalam. Kami tidur saling berhadapan dan
bertatapan. Ibu begitu serius mendengarkan kisahku. Dia mendengarkan seluruh
ceritaku dari A sampai Z kemudian mulai memberi tanggapan. Tak hanya sekedar
tanggapan, ibu menyertakan juga sharing pengalamannya masa muda dan tak lupa
ibu memberiku semangat melalui pelukan.
Sekitar pukul
5 sore, sesi curhatpun usai. Kami berdua mengakhirinya dengan berdoa
bersama. Ibuku adalah sahabatku. Keluargaku mendidikku untuk menjadi pribadi
yang terbuka, tidak baik ada rahasia dalam sebuah keluarga. Jika ada permasalahan,
lebih baik disharingkan sehingga
anggota keluarga yang lain dapat menjadi pendengar, pemberi solusi, dan
penyemangat kita. Aku mempunyai sahabat curhat yang cukup banyak, namun bagiku,
ibu adalah tempat curhat yang paling nyaman dan terpercaya (selain Yesus dan
Bunda Maria) ^^
Percaya tidak percaya, usai curhat dengan ibu, perasaanku
menjadi sangat lega dan akupun dapat tidur dengan lelap dan tanpa beban. Mungkin ini juga kekuatan dari sebuah doa. Aku
bahagia karena ibuku dapat menjadi sahabatku. Selamat hari Kartini Bu! :)
Benedicta Anin P.L
The picture is taken from www.google.com |
Comments