Dari Epin Untukku :)

(Lagi), postingan ini adalah re-post dari salah satu teman terbaikku yaitu Epin. Satu yang kuingat ketika pertama kali kubaca tulisannya, mataku berkaca-kaca. Aku sangat bersyukur bahwa aku mempunyai teman-teman yang sangat memperhatikan dan menyayangiku, salah satunya Epin. Terima kasih ya Pins :)

Ketegaranmu Inspirasiku, Kawan..

 
Benar ya kata orang, ada yang namanya mantan pacar tapi ga akan pernah ada yang namanya mantan sahabat. Dari dulu bisa dibilang aku cukup ngefans sama seorang teman, eit, ngefans dalam arti sesungguhnya ya. Ya, aku senang melihat talentanya, aku tahu dia sangat sayang dan dekat dengan Tuhan, dan pastinya Tuhan juga sangat bangga padanya. Aktif melayani, baik hati, berkepribadian baik, dan  berparas cantik, siapa yang tidak bangga melihatnya. 

Kuliah di kampus yang sama, membuatku bangga mengenal dan bisa dekat dengannya. Setiap ada acara kerohanian di dalam kampus, dia juga tak sungkan membantu kami menjadi pemusik. Walaupun memang kadang tak semua acara dia ambil mengingat keterbatasan fisik dan waktunya juga karena jam terbangnya yang terlalu tinggi. Haha.. Tapi untuk acara kerohanian yang membawa nama besar fakultas, dia selalu mengusahakan untuk berpartisipasi aktif dan menampilkan yang terbaik. Thanks, sister.. KMK GE bangga padamu..

Dulu, aku paling suka sharing dan berbagi dengannya walaupun hanya lewat media chatting, mulai dari skype, ym, sampai facebook. Yang paling sering kami bahas adalah mengenai sifat-sifat pria, kebiasaan masing-masing sampai menyangkut hal-hal rohaniah. Haha. Rasanya tak ada habisnya kalau lagi ngobrol. Sampai suatu malam, jam sudah menunjukkan pukul 00.00, dia mohon ijin untuk melakukan doa harian dan doa rosarionya karena kebetulan waktu itu adalah bulan rosario. Aku sangat kagum dengan ketaatannya pada jam-jam doanya. Dan waktu itu aku sempat malu sendiri karena aku tidak sepatuh itu dalam berdoa.

Kini, kurang lebih sudah empat tahun aku mengenalnya, kekaguman itu tidak pernah berkurang bahkan bertambah hari demi hari. Sifatnya yang santun, kerendahan hatinya, bahkan pembawaannya yang ceria membuatku tak pernah bosan berada di dekatnya. Sudah lama aku tak melihatnya, tapi komunikasi kami masih berjalan baik walaupun tidak terlalu intens seperti dulu. Berkomunikasi sekedarnya hanya untuk menanyakan kabar dan saling menyemangati. Ya, tidak lagi seperti dulu.

Sampai beberapa hari yang lalu, kami kembali mengobrol lewat whatsapp. Aku menanyakannya tentang seorang Rm yang sama-sama kami kenal. Pembicaraan itu berlanjut ke buku dan acara-acara gereja yang dapat meningkatkan keimanan kami. Waktu itu, dia mengabariku kalau tanggal 1 Mei, dia berencana untuk ziarah ke Jatiningsih karena itu adalah hari pertama di Bulan Maria. Langsung saja aku menawarinya mampir ke rumah sepupuku karena dia pernah mampir ke rumah sepupuku pada beberapa waktu yang lalu yang kebetulan dekat dengan tempat ziarah.

Ya, beberapa waktu yang lalu, dia memang aku ajak ke rumah sepupuku sebelum kami bersama-sama melakukan ziarah ke Sendangsono. Waktu itu ziarah kami diwarnai dengan cuaca dan medan yang sulit, ya hujan yang sangat deras membuatku seperti mengendarai motor di dalam kolam renang, banjir, jalan berlubang dan mata yang memerah karena terjangan hujan. Tapi kami tetap melewatinya bersama.

Hari ini tanggal 1 Mei.
Tapi mungkin rencananya untuk berziarah harus ditunda dulu.
Aku mendapat kabar duka bahwa salah seorang yang paling dicintainya harus pulang mendahuluinya ke Rumah Bapa. Jujur saja, aku sangat terpukul bahkan meneteskan air mata ketika mendengar hal itu. Aku sedih, tidak bisa berada di sampingnya ketika ia sangat membutuhkan orang-orang yang sangat menyayanginya. Aku bahkan juga merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia karena tidak tahu tentang kabar keluarganya. 

Ya, dia memang  tipe orang yang tidak pernah menceritakan masalahnya pada teman-temannya kecuali orang itu sangat dipercayainya. Selama ini ia tidak pernah bercerita kalau ibunya sedang sakit dan sempat dirawat lama di rumah sakit. Bahkan ia yang sedang lelah letih menanggung beban masalah yang ada di keluarganya tidak pernah memperlihatkan wajah murung kepada orang-orang yang ia temui. Mungkin dalam batinnya, cukup ia yang menanggung beban itu. Kawan, aku sungguh kagum akan ketegaranmu. Aku yang menanggung beban tidak seberatmu saja, rasanya sudah lelah. Mengantar, menunggu dan merawat mamaku yang hanya tiga hari dirumah sakit pasca operasi saja, rasanya pengen mengeluh, melakukan pekerjaan rumah yang sangat banyak juga rasanya tidak kuat. Ya, inilah yang namanya belajar, belajar untuk menjadi orang yang sabar. Selamat teman, engkau sudah lulus dalam ujian kesabaran, semoga aku pun dapat lulus dalam melatih kesabaranku. 

Aku sudah melihat kesabaran dan ketegaranmu, Kawan. Dan aku ingin belajar sepertimu. Tapi aku juga perlu mengatakannya padamu, Ingat kawan, Tuhan tidak akan pernah memberikan masalah yang melebihi kekuatanmu, Tuhan akan tetap mendampingimu bertumbuh dan bertumbuh menjadi anak yang paling dikasihi-Nya. Ya, Ibu memang sudah tak ada disampingmu lagi, beliau sudah bahagia berada di sisi Bapa bersama-sama dengan Yesus dan Bunda Maria, makanya beliau pasti tidak ingin melihat kesedihanmu yang berlarut-larut. Beliau akan lebih bangga melihatmu semakin kuat menghadapi dan menjalani hidup ini dengan semangat yang sama seperti dulu. Ya, memang mudah untuk mengatakannya dan pasti sulit untuk melakukannya. Tapi aku yakin, Kawan, kau akan mampu melewatinya dengan tegar karena Beliau, Bunda Maria dan Tuhan Yesus akan selalu mendoakanmu, begitu juga aku. Semangat kawan, Tuhan Yesus dan Bunda Maria membimbingmu. 

With Love,

Temanmu.

Comments