Bersembunyi Di Rumah Sendiri

Permisiii... Permisiii... Permisiii...

Inilah sebuah kisah di suatu pagi hari yang miris diiringi dengan gerimis yang membuat hati teriris.
Pagi itu suara seorang tamu terpaksa membawaku dan bapak pada nostalgia permainan masa lalu : PETAK UMPET.
Terdengar langkah bapak bergegas ingin membukakan pintu. Bak polisi yang melihat ada pengendara yang tidak memakai helm, aku segera mengejar bapak dan menghentikan langkahnya. Bayangkan saja gerakanku ketika itu seperti adegan di film-film action besutan sutradara kelas Hollywood.

"Pak, jangan dibuka! Sssstttt....jangan bersuara, Pak!", kataku pada bapak.
"Lho lha ngopo?" tanya Bapak.
"Itu orang yang sering tak ceritakan Pak!", kataku dengan volume suara paling minimal.
Aku dan bapak kemudian mengintip dari balik gordin, televisi dimatikan, handphone semua di-silent. Betapa hening suasana rumahku saat itu. Kami berusaha menciptakan kondisi rumah agar terlihat kosong sehingga tamu tersebut dapat segera pergi.

Tenang saja, tamu tak diundang ini bukanlah penagih utang atau debt collector yang membawa bodyguard-bodyguard bertubuh ala-ala Ade Rai. Tamu ini adalah temanku di sebuah komunitas. Mungkin niatannya adalah baik, yaitu ingin menjalin silaturahmi, tetapi menurutku caranya saja yang salah. Tak perlulah aku jelaskan lebih detail tentang sosok tamu tak diundang ini. Yang terpenting adalah keberadaannya dan kehadirannya cukup menggangguku. Dan aku sama sekali tidak ingin menemuinya. Silakan jika orang lain beranggapan bahwa sikap saya ini keterlaluan atau terkesan "sok", tapi menurutku inilah yang terbaik yang dapat aku lakukan. Ini bukan semata keputusan pribadiku, sikapku ini sudah aku konsultasikan ke bapak, kakak, serta ke rekan-rekan di komunitas itu. Menurut mereka, memang dibutuhkan sikap tegas untuk menghadapi tipe orang seperti tamu tak diundang ini. 

Hampir 45 menit berlalu...

Aku dan bapak masih mengendap-endap di dalam rumah kami sendiri. Ahhhh...ternyata si tamu belum juga pergi. Malahan dia duduk di teras depan rumah sambil membaca koran dan menikmati angin semilir dengan panorama sawah depan rumah yang baru usai panen.
Bahkan, bapakku yang hendak ke kamar kecil, segera ku larang supaya tidak menimbulkan suara-suara yang terdengar dari luar.

Setangkai anggrek bulan... yang hampir gugur layu... kini mekar kembali... entah mengapa?

Tiba-tiba dering handphone bapak berbunyi.... OH NOOOO! 
Rupanya telpon dari kakakku dan bapak refleks berlari ke lantai atas guna menyembunyikan suara HP itu. Heboh sekali memang suasananya waktu itu hahaha menegangkan tapi lucu.

Genap 1 jam kami bersembunyi di rumah sendiri. Padahal aku dan bapak berencana ingin bepergian ke luar. Akhirnya bapakpun memutuskan untuk menemui si tamu dan bicara baik-baik dengannya. Hmmm butuh waktu 60 menit untuk akhirnya melakukan tindakan tersebut hehehe

Sebuah pelajaran yang kudapat dari peristiwa ini yaitu keterbukaan terhadap keluarga dan sahabat sangatlah penting. Dengan demikian, apabila kita memiliki masalah, mereka dapat memberikan kita solusi. Dalam hal ini aku belajar untuk bersikap tegas dalam bertindak menghadapi seseorang yang membuatku merasa tidak nyaman. Tegas tetapi sopan, itulah yang berusaha aku lakukan.

P.S. :
Big thanks untuk bapakku dan kakakku yang sudah jadi pendengar setia selama ini :)
Big thanks juga untuk ibuku yang selalu jadi pelindungku :)



Comments