Sabtu pagi (04/07/2015), kusiapkan
diri untuk bertemu dengan teman-teman baruku. Deg-degan, khawatir, takut, bahagia...
campur aduk rasanya. Akhirnya tibalah aku di sebuah bangunan yang sangat
sederhana, tidak luas namun bersih dan sangat rapi. Rumah Anyo (buka laman http://yai-indonesia.org/). Sebuah rumah
sementara untuk anak penderita kanker yang orang tuanya berasal dari kalangan
menengah ke bawah. Rumah Anyo terletak tidak jauh dari RS Harapan Kita dan RS Kanker
Dharmais.
Ada sekitar 14 jagoan kecil yang
kutemui di Rumah Anyo. Diantara mereka ada yang sedang proses observasi dokter,
menunggu operasi, kontrol, dan menjalani proses kemoterapi. Gleen, Adam, Yusup,
Yongki, Ivi, Abdi, Kirana, dan ketujuh sahabat kecil lainnya terlihat ceria
ketika itu, ciri khas anak kecil. Kesibukan justru diperlihatkan oleh orang tua
mereka. Sibuk menyiapkan makanan, obat, dan bersih-bersih kamar.
Gleen Oktavianus. Bocah 3 tahun asal
Pulau Kalimantan ini sangat ceriwis dan lincah. Dia senang sekali bercerita. Gleen,
begitu biasa disapa, adalah penderita
kanker mata. Bola matanya yang sebelah kanan menonjol sehingga ia buta sebelah.
Gleen didampingi oleh kedua orang tuanya di Rumah Anyo. Gleen baru saja
menjalani proses kemoterapi yang pertama. Masih ada 2 proses kemoterapi lagi
yang harus ia jalani. Orang tua Gleen bercerita bahwa dulu ketika belum terkena
kanker, Gleen sangat aktif mengikuti sekolah minggu. Kini, semenjak menderita
kanker, praktis tubuh Gleen mudah demam, terlebih pasca kemoterapi. Di suatu
kesempatan, saya mendekati Gleen. Dia bocah yang mudah akrab dengan orang baru.
Dia berkata bahwa ia ingin sekali menjadi Superman (sambil bergaya terbang ala Superman... aihhhh lucunya). Perasaanku
mendadak trenyuh ketika ia berkata, “Kak,
aku nggak suka deh sama mataku yang sakit. Kan aku jadi gak bisa ngeliat dengan
jelas. Aku benci deh Kak tiap kemoterapi.. sakit Kak! Tapi yang aku suka,
rambutku jadi halus Kak kalau pas habis kemo!” Ya Tuhan, anak sekecil itu
dapat berkata demikian.
Berbeda dengan Gleen, ada seorang
bocah 2 tahun bernama Abdi. Ia menderita kanker paru-paru dan jantung. Badannya
sangat kurus sekali sehingga jantungnya terlihat menonjol dibagian dada. Bocah imut
ini amat suka lari-lari ke sana-sini. Orang tuanya cukup kewalahan mengingat
Abdi tidak boleh terlalu capek karena bahaya bagi kesehatan jantungnya.
Princess Kirana, adek cantik yang
berhasil membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia terlihat sangat cute menggunakan baju pink bergambar
Frozen. Dek Kirana, bocah 2 tahun penggemar Upin Ipin ini adalah penderita
kanker tulang. Ada benjolan di pantatnya yang mengharuskan ia dioperasi dan
dikemoterapi. Efek dari kemoterapi mengakibatkan Kirana jadi mudah demam, suka
marah-marah, dan rambutnya rontok sehingga iapun gundul. Wajahnya memang jutek,
tetapi sekali melihatnya tersenyum, hmmmm dunia seakan bertabur bunga J
Abang Yongki adalah remaja berusia
14 tahun penderita kanker tenggorokan. Wajahnya yang sangat tampan membuatku
terpesona ketika bertemu. Saat ini Bang Yongki sedang menjalani proses pemulihan.
Ia belum dapat terlalu banyak bicara semenjak operasi. Sejak didiagnosis kanker,
Bang Adam praktis tidak melanjutkan sekolah lagi. Cowok asli Manado ini
terpaksa hijrah ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Ketika
ditanya tentang cita-cita, ia berkata bahwa ia ingin menjadi seorang dokter
supaya dapat menolong anak-anak penderita kanker yang tidak punya biaya untuk
berobat.
Bang Adam, bocah beralis tebal ini
berumur sekitar 5 tahun ini tidak nampak sakit secara fisik. Ia lincah berlari
sana-sini dengan teman-temannya. Bang Adam adalah penderita kanker darah alias
leukimia. Kelincahannya terpaksa harus dibatasi mengingat ia tidak boleh capek
sedikitpun.
Anak hebat terakhir yang ingin
kuceritakan adalah Kakak Ivi. Remaja berkulit putih bersih keturunan
Jawa-Manado ini menderita kanker tulang yang sudah stadium atas. Remaja 16an
tahun ini berkepribadian lembut. Saat ini kakinya telah diamputasi, dan ia
telah merasakan berkali-kali kemoterapi yang menyebabkan rambutnya rontok. Kak
Ivi punya banyak koleksi wig pemberian donatur. Ia ingin sekali memiliki rambut
panjang. Pertengahan bulan ini ia akan menjalani operasi lanjutan. Ivi memiliki
harapan yang kuat untuk sembuh.
Masih ada teman-teman kecil lainnya
yang belum kuceritakan. Ada yang tidak dapat turun dari tempat tidur karena
mengalami kelumpuhan, ada juga yang menangis setiap kali didatangi teman baru. Tidak
sedikit dari mereka yang sudah divonis oleh dokter bahwa umurnya tidak lama
lagi, namun berkat kekuatan doa serta usaha, mereka tetap semangat dan
berpengharapan. Hidup dan mati manusia hanya Tuhan yang tahu.
Adek-adek penderita kanker ini ada
bukan semata-mata untuk dikasihani, dianggap lemah, atau dikucilkan. Mereka
justru diciptakan oleh Tuhan, sebagai sarana untuk berbagi kasih. Kasih yang
mampu menyempurnakan yang tidak sempurna. Bukankah tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini? Kasih yang berwujud kehadiran, kebersamaan, perhatian, semangat,
senyuman, penghiburan, pengharapan, dan kasih yang juga dapat diwujudkan dalam
materi.
Terima kasih jagoan-jagoan kecilku! Kalian
adalah kumpulan dari orang-orang hebat yang tetap ceria dan kuat ditengah sakit
yang kalian alami. Dari kalian, aku belajar banyak hal, terutama mengenai
BERSYUKUR: bersyukur pada Tuhan tak hanya ketika suka, tetapi juga ketika duka.
Jakarta, 5 Juli 2015
Benedicta Anin P. L
Comments