Dalam agama Katolik, setiap
pasangan yang akan menikah wajib mengikuti fase ini, Katekese Persiapan
Perkawinan (KPP). Mengapa? Bukan hanya karena sertifikat kelulusan KPP
dibutuhkan untuk syarat menikah, melainkan lebih ke persiapan hati/psikis
membangun rumah tangga Katolik.
Setelah postingan sebelumnya
membahas tentang syarat pendaftaran KPP, kali ini saya akan membahas jalannya
KPP saya & calon suami.
Saya dan pasangan mengikuti KPP
di Paroki saya yaitu Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta pada tanggal 1-2
September 2018. KPP ini harus diikuti oleh sepasang calon mempelai. Peserta KPP
angkatan kami ada 11 pasang (dan memang ini jumlah maksimal karena kuota
dibatasi).
|
Hari pertama KPP |
|
Hari kedua KPP |
Berikut susunan acara KPP di
Gereja Baciro:
|
Susunan acara KPP di Paroki Baciro dari jam 8.00 s.d. 21.30 |
Sambutan dan pembukaan dari
Pastor Kepala Paroki mengawali KPP ini. Tegas, jelas, sekaligus menantang. Romo
Ratmo dari awal menegaskan: kalau kalian masih ragu untuk membangun sebuah
keluarga secara Katolik, lebih baik Anda keluar dan tidak perlu mengikuti KPP
ini. Ada beberapa narasumber yang expert dibidangnya masing-masing dan testimoner di setiap sesinya. Inilah yang
memberikan kesan berbeda pada pelaksanaan KPP, peserta tidak hanya mendengarkan
teori-teori yang disampaikan, tetapi ada testimoni dari para pasutri yang sudah
memiliki pengalaman dalam membangun rumah tangga. Peserta terlibat aktif selama
sesi berlangsung, entah dalam bentuk sharing, diskusi kelompok kecil, hingga
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para panitia. Sesekali ada
fase ice-breaking seperti games yang menguji kekompakan antarpasangan dan
menyanyi bersama dengan seluruh panitia. Sejujurnya, saya dan pasangan sangat
menikmati setiap sesinya. Saya dan pasangan menempati bangku paling depan
sehingga kami sering menjadi sasaran para panitia melemparkan pertanyaan. Mungkin
juga karena saya dan pasangan termasuk aktif di Paroki Baciro sebagai organis,
jadi mayoritas panitia sudah mengenal kami. Dari ke-11 pasangan, hanya ada
sedikit yang berasal dari Paroki Baciro, selebihnya berasal dari Paroki luar
Baciro. Pelaksanaan KPP memang tidak harus di Paroki sendiri, tetapi jika Anda
ingin mengikuti KPP di luar paroki Anda, harus ada surat pengantar dari paroki
asal Anda.
|
Makan siang didampingi oleh orang tua pendamping KPP |
|
Sesi pendalaman kitab suci |
|
Ice breaking yang menuntut kekompakan pasangan |
Ketua KPP bernama Pak Jacob
sangat tegas. Beliau siap sedia peluit untuk memanggil kami jika waktu istirahat
sudah selesai (ini kesannya seperti sedang ikut wajib militer). Menu makan
siang, makan malam, & kudapan juga sangat lezat. Masakan ‘ndeso’ seperti
sayur lodeh, tahu bacem, sayur asem, sayur sop, dll menjadi lebih nikmat ketika
disajikan saat perut super lapar sehabis mendengarkan “kuliah” di setiap
sesinya.
Selama dua hari, saya dan
pasangan berproses bersama untuk memahami makna dari keluarga Katolik. Selain didampingi
oleh panitia, kami juga didampingi oleh “orang tua asuh” alias pendamping KPP
yang setia menemani kami berproses. Ortu pendamping saya dan pasangan adalah
Pak Harso & Bu Ningrum (pasutri). Saya kaget dan senang luar biasa
mendapatkan ortu pendamping yang sudah mengenal saya dengan cukup baik. Pak
Harso adalah pendamping OMK dan Crembo Multimedia di Paroki Baciro, sedangkan
Bu Ningrum adalah aktivis sie liturgi dimana dulu saya dekat dengan
beliau pada masa-masa menjadi organis di Baciro. Pak Harso inilah yang
nantinya saya minta bantuannya untuk menjadi saksi nikah saya di gereja.
|
Pak Harso & Bu Ningrum sebagai pendamping KPP |
|
Pak Harso & Bu Ningrum sebagai pendamping KPP |
Dua hari itu hampir berlalu. Sebelum
ditutup dengan misa bersama, peserta KPP diberi tugas untuk menuliskan
sifat/perilaku yang tidak disukai dari pasangan. Sifat/perilaku ini kemudian
ditunjukkan ke pasangan dan saling didiskusikan. Selanjutnya kertas yang berisi
sifat/perilaku tadi dibakar. Setelah membakar kertas, kami berdua diminta untuk
berpelukan (hehehe jujur di sini saya sedikit terharu entah mengapa). Untuk acara
penutup seusai misa, panitia membawa peserta KPP di sebuah ruangan, lampu
diredupkan, backsong dan puisi diputarkan, dan mata kami terpejam, serta tangan
ortu pendamping kami ditumpangkan di bahu kami. Banyak sekali peserta KPP dan
pendamping yang menangis tersedu-sedu di sesi penutup ini. Terharu, lepas,
lega, bahagia. Sayangnya, saya tidak menangis. Bukannya tidak tersentuh,
melainkan ada hal-hal lain yang lebih berat yang sering membuat saya & pasangan
menangis: seperti perpisahan di stasiun (karena kami LDR).
|
Peserta KPP duduk di bangku deretan depan selama misa penutupan |
|
Misa penutupan Sabtu sore di Gereja Baciro, peserta KPP didampingi oleh panitia dan pendamping |
|
Momen berpelukan setelah membakar kertas berisi sifat yang tidak disukai dari pasangan |
|
Foto bersama Romo seusai misa Sabtu sore |
Usai sesi terakhir, tibalah
akhirnya pembagian sertifikat KPP dan acara foto-foto sambil bergandengan tangan
serta kesan dan pesan. Romo Kepala Paroki turut serta juga dari awal hingga
akhir dalam suasana yang serius tapi santai. Sertifikat KPP ini selanjutnya
menjadi syarat untuk mendaftarkan perkawinan di gereja.
|
Foto bersama Romo Ratmo seusai pembagian sertifikat |
|
Foto bersama dengan seluruh panitia dan pendamping KPP |
KPP ini sungguh pengalaman yang
tidak terlupakan. Lelah tapi nagih. Nagih tapi ogah untuk diulang (hehehe).
Setelah melalui fase KPP, saya merasakan diri saya menjadi pribadi yang lebih
matang dan lebih mengenal pasangannya saya lebih dalam. Serius tapi Santai.
Terima kasih kepada Tim KPP Paroki Baciro yang telah membekali saya dan
pasangan untuk membangun sebuah keluarga Katolik yang dilandasi oleh kasih dan
ajaran Tuhan Yesus.
|
Buku panduan KPP yang isinya full color dengan materi-materi yang lengkap |
|
Penyambutan dan Perkenalan |
|
Materi tentang Hymne Cinta Kristiani |
|
Materi tentang Tahapan Cinta dan Perkawinan |
|
Materi tentang Membangun Rumah Tangga yang Baik |
|
Materi tentang Seksualitas yang disampaikan oleh Dokter Wikan (narasumber KPP) |
|
Materi tentang susunan dalam teks misa Perkawinan Katolik (disampaikan oleh Sie Liturgi Paroki Baciro) |
|
Materi tentang Perencanaan Finansial (disampaikan oleh dosen FE UAJY Jakarta) |
Comments