Sindrom Pranikah


Gimana, deg-degan gak?
Udah mulai spa, facial, perawatan?
Rencana honeymoon kemana?

Boro-boro deg-degan, gak sempet Mas/Mbak buat ngerasain deg-degan mau nikah.
Lha wong sini masih ribet ngurusin ini itu.
Honeymoon apalagi. Belum kepikiran malahan.

Persiapan pernikahan ini benar-benar menguras tenaga & tabungan. Saya tidak menggunakan Wedding Organizer (WO) dalam acara pernikahan saya. Mulai dari pesan gereja, gedung, katering, rias hanya saya dan bapak yang bekerja. Berbahagialah kalian yang masih mempunyai seorang ibu, karena saya betul mengalami dimana ibu saya yang menyiapkan semuanya ketika pernikahan kakak saya beberapa tahun lalu sebelum beliau dipanggil Tuhan. Saya masih bisa bersyukur karena ternyata ibu tengah mempersiapkan bekal kepada saya supaya kelak saat saya menikah, saya mampu menyiapkannya secara mandiri. Matur nuwun Bu ...

Kakak saya ada di pulau seberang, jadi otomatis tidak bisa membantu apa-apa, kecuali menyumbang ide-ide. Bersyukur saya mempunyai Mas Bhaskara (calon suami saya) yang sesibuk apapun, dia tetap meluangkan waktu untuk membantu segala urusan saya.
Saat pelaksanaan pernikahan memang saya membentuk kepanitiaan yang beranggotakan keluarga besar, teman, tetangga, dan saudara, tetapi konsep awal tetap saya, bapak, dan Mas Bhas yang memikirkan. Terlebih saya ada di Jakarta dan seluruh acara di Jogja.
Instagram sangat membantu saya dalam mempersiapkan semua ini (beberapa printilan saya peroleh dari akun instagram dan saya pilih yang lokasinya Jogja supaya bisa dicek validitasnya). Semuanya dari jarak jauh seperti undangan, souvenir, teks misa, dekor, kain seragam untuk midodareni (pada akhirnya tetap di-cross cek secara langsung... biasanya Mas Bhas yang membantu untuk cross cek karena posisinya di Jogja).
  • Ketika tanggal pernikahan sudah didapat, yang bapak saya lakukan adalah booking gereja dan gedung. Setelah itu, saya dan bapak booking katering. Kemudian kami berdua melakukan listing undangan, seragam, dan panitia. Ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran;
  • Saya dan Mas Bhas langsung menghubungi romo yang kami percaya untuk memberkati pernikahan kami;
  • Cari desain undangan dan souvenir à ini saya dan Mas Bhas yang cari sesuai dengan konsep kami (dan sesuai budget yaaaaa...);
  • Dari list undangan yang sudah didapat, dipilah lagi mana yang akan diundang ke acara adat, ibadat midodareni, gereja, dan gedung. Ini untuk listing konsumsi.
  • Ketika susunan panitia sudah ada, maka penentuan seragam: untuk orang tua, untuk keluarga, untuk among tamu, dan untuk pager ayu. Saya dan bapak yang memilih nuansa kainnya dan kami bertiga (bapak, saya, dan Mas Bhas) berbelanja kain bersama;
  • Teks ibadat dan teks misa perkawinan saya dan Mas Bhas susun sendiri (dengan mengikuti aturan dari gereja) beserta pemilihan lagu-lagunya untuk koornya berlatih jauh-jauh hari
  • Rias juga demikian, untungnya rias yang kami pakai sudah cukup kenal dekat dengan keluarga kami, jadi mudah untuk berkoordinasi;
  • Booking hotel untuk keluarga jauh dan tamu-tamu spesial yang saya undang ke pernikahan;
  • Printilan-printilan seperti dekor gereja, dekor rumah, buket, seserahan, konsumsi snack, putra altar, saksi, berkas-berkas administrasi sipil dan gereja, dll ahhhhhhhhhhhhhh masih banyak lagi...

Saking banyaknya yang harus diurus, mana sempat saya merasakan deg-degan mau menikah?
Mana sempat saya memikirkan facial, spa, perawatan, dan honeymoon?
Bisa maskeran di kosan aja udah super seneng saya...plus punggung diolesi konterpain sambil selimutan di kasur, lampu dimatikan lalu pakai lilin aromaterapi ➡️➡️ surga dunia!

Insomnia, sariawan, dan pegel linu alias boyoken adalah ketiga kawan yang akrab dengan saya beberapa bulan sebelum menikah. Mungkin karena sering bolak-balik Jogja.

Hampir setiap hari saya terserang insomnia. Sering saya merasa ngantuk berat tapi tidak bisa tidur sampai jam 3-4 pagi. Keesokan harinya badan kurang enak, dan begitu seterusnya.

Kepikiran itu pasti penyebabnya. Banyak sekali yang harus saya pikirkan karena saya tidak mau membebani orang tua saya terlalu berat. Belum lagi ada omongan-omongan saudara atau teman yang sifatnya nyinyir atau mengecewakan.

Saya jadi gampang badmood dan sensitif dengan perkataan orang lain. Misalnya saja ada keluarga yang saya harapkan datang ternyata tidak bisa mengusahakan datang, saya langsung bad mood. Beruntung saya punya pacar dan sahabat yang mampu membuat pikiran saya menjadi positif.

Pacar saya selalu jadi teman sambat kalau insomnia. Saya selalu vid-call kalau insomnia, dan dia menemani saya sampai kami tertidur. 

Sahabat saya, Mita, juga menjadi teman sambat saya. Ketika saya badmood karena ada kekecewaan, dia selalu mengatakan bahwa gak ada gunanya nyimpen pikiran yang negatif. Yang ada malah diri sendiri yang rugi. Terkadang teman atau sahabat itu lebih dekat dan nyedulur daripada saudara sendiri (selain keluarga inti). Itu kata-kata yang saya ingat dari Mita. Bener banget sih ini!

Bapak saya adalah yang terbaik. Kalau saya stres, bapak selalu menghibur saya dengan kalimat-kalimat receh yang membuat saya seringkali homesick ... I love you Pak...

Doa, pasrah kepada Tuhan, dan sharing dengan pasangan/sahabat/orang tua adalah cara ampuh untuk mengobati sindrom pranikah. MANJUR, meski saya tetap saja INSOMNIA 😜😜

Sumber: google.com




Comments